« Home | Seratus Tahun tak TerlupakanOleh : Imam Hidayah Us... » | Buku Bagus Pertama Pecahkan Cerita Misterimu ... » | Rumah BukuBuku, Lagu, Film, Semua Ada di SiniPADA ... » | ”Ngabuburit” Sambil Belajar Kisah WayangOleh : Har... » | ”The Cinderella Man”, Bangkit dari KeterpurukanOle... » | Orang Sunda tak Peroleh Perhatianoleh : agus rakas... » | Bandung, Kota Buku yang Terlupakan BANDUNG sebenar... » | Artikel PR 7 September 2006 » | liputan profil PR_kampus 13 Juli 2006 »

Pasar Buku Murah dan Berkualitas
(Liputan di Pikiran Rakyat Suplemen Kampus)

KAWAN Kampus suka membaca, tapi sulit memenuhi kebutuhan itu?
enuhi kebutuhan itu? Sudah bisa ditebak, alasannya karena harga buku semakin mahal. Tapi, kawan Kampus jangan dulu putus asa lalu balik kanan meninggalkan kebiasaan membaca hanya karena harga buku mahal.

Kalau kebetulan kawan Kampus lagi ingin olah raga sambil ngabuburit di lintasan lari Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, spanduk besar di mulut gerbang Sabuga membentangkan tulisan bahwa ada pasar buku murah di lokasi itu.

Dibuka pada 7 Oktober, menghadirkan 24 stan buku, termasuk ada pula stan penerbit besar seperti Gramedia dan Elex Media. Selain menggelar pasar buku, terdapat pula diskusi video dokumenter tiap sore sambil menunggu azan magrib.

Iklan di spanduk itu bukan tipuan. Di pasar buku kawan Kampus akan menemukan buku dengan harga Rp 5.000,00 sampai Rp 10.000,00. Bahkan, penerbit Jalasutra menawarkan sistem paket.

Menurut Nanang, wakil penyelenggara, penjualan buku murah ini memiliki beberapa alasan. Misalnya, buku yang dijual murah karena penerbit sudah mengantongi untung dari penjualan normal dan ada pula karena alasan adanya kemandekan penjualan di pasar.

”Targetnya sih agar buku-buku yang di gudang bisa habis”, kata pengelola toko buku Baca-Baca itu.

Tapi, kawan Kampus jangan langsung menduga buku yang dijual adalah buku bekas yang sudah lecek. Buku-buku yang ada di pasar ini masih dibungkus rapi dalam plastik dan tidak ada halaman yang lecek atau hilang. ”Di sini nggak bakal ditemukan buku-buku dengan kertas yang jelek atau rusak,” ujar Wiku, pengelola toko buku Lawang yang kebetulan pada hari pertama mendapat keuntungan bersih Rp 2 juta.

Alasan lain, yang mendorong para agen dan penerbit menjual buku murah karena ingin promosi. Contohnya, salah satu agen yang datang dari Kota Yogyakarta, Didi. Menurut pengelola toko buku Ombak, penurunan harga bukunya karena untuk menjajal konsumen buku di Kota Bandung.

”Lagi pula, kan saya sudah tidak perlu membayar royalti ke penerbit. Jadi jual murah juga saya masih untung,” kata Didi.

Selain itu, katanya, konsumen juga lebih suka mencari buku-buku berkualitas dengan harga yang murah. Hal itu adalah prinsip ekonomi yang selalu dilakukan oleh konsumen di mana pun. Ingin mendapat hasil seoptimal mungkin dengan modal sekecil-kecilnya.

Sekarang keputusan ada di tangan kawan Kampus. Soal harga murah atau tidak memang relatif. Tentunya sebagai mahasiswa, kawan-kawan masih dihadapkan dengan berbagai ragam kebutuhan. Dari kebutuhan bahan kuliah, bayar kos-kosan, sampai kebutuhan malam mingguan buat kawan yang sudah memiliki pasangan.

Kini, tinggal pintar-pintar memilah antara kebutuhan fisik dengan ilmu pengetahuan. Hanya ingat bahwa buku akan membukakan mata kita melihat dunia lebih luas.
***

agus rakasiwi kampus_pr@yahoo.com