Tuesday, July 21, 2009

Pilih Ikan Hias atau Ikan Hiu?




PILIH IKAN HIAS ATAU IKAN HIU?
Resume Pertemuan ke-2
Pelatihan Menulis Ilmiah & Ilmiah Populer 2009
Perpustakaan Balepustaka, Bandung, 15 Juli 2009

“Tuliskan sesuatu pada saya tentang sesuatu, jangan katakan sesuatu”, Acep Iwan Saidi (budayawan & sastrawan).

Pertemuan kedua mengalami kenaikan jumlah peserta yang semula 45 peserta bertambah menjadi 61 peserta, dengan 7 peserta yang berhalangan hadir. Pertambahan jumlah ini berasal dari peserta yang ikut pelatihan permateri dan peserta yang baru mengikuti paket. Salah seorang peserta baru bahkan mengejar waktu dari Lampung demi mengikuti pelatihan ini. Berdasarkan informasi dari panitia, pelatihan ini tetap membuka kesempatan kepada masyarakat umum yang berminat mengembangkan kepenulisan ilmiah sampai dengan total 70 orang peserta. Materi dimulai tepat pada pukul 15.30 dan selesai pukul 18.00 WIB.
Dr. Acep Iwan Saidi, M.Sn, Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB dan pengajar program pasca sarjana di FSRD ITB yang berkesempatan mengisi materi kedua ini, memberikan tema Manajemen Ide dan Kreativitas. Suatu tema yang mengundang keingintahuan peserta untuk menjawab kesulitan mendokumentasikan lintasan ide-ide agar mudah dikembangkan dalam tulisan.
Titik keberangkatan materi kedua disampaikan dengan memberikan latihan singkat dalam secarik kertas dengan topik musim hujan. Setelah itu pemateri menggulirkan pertanyaan apa bedanya topik dan tema. Salah satu peserta menanggapi pertanyaan ini. Pemateri kemudian menandaskan definisi topik sebagai pokok masalah. Sedangkan tema adalah pokok masalah yang sudah memiliki tujuan, yang di dalamnya sudah tergambar analisis dan metode.
Pemateri kemudian menggulirkan materi pelatihan menuju ide. Dari mana datangnya ide? “Dalam konteks menulis, jika suasana hati tidak mendukung, ide untuk menulis juga tidak muncul. Hal itu bisa jadi benar. Tapi, persoalannya, jika ide diberikan mood, mood itu sendiri diberikan siapa? Mood kiranya bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, mesti ada penyebab yang menstimulasinya. Jika mood bisa distimulasi, ide, yang diberikan mood itu, tentu bisa distimulasi pula. Dengan kata lain, ide sesungguhnya bisa diciptakan, atau didatangkan.”
Sumber ide itu sendiri, menurut pemateri, di antaranya lewat membaca bacaan semisal buku. Membaca itu sendiri seharusnya sudah mulai beranjak tidak hanya secara praktis namun bisa melakukan membaca dengan imajinasi dan pikiran kritis.
Dua point besar berikutnya, pemateri memaparkan bagaimana ide itu dapat didokumentasikan dan mengembangkan ide supaya keluar dari bingkai konvensional.
Pelatihan kemudian bergulir dalam sesi tanya jawab yang disediakan dalam tiga termin dengan sekira 8 penanya. Salah satu penanya yang meminta penjelasan mengenai ‘tidak semua pemikir dapat menulis’, dan banyak juga penulis yang cara berpikirnya masih dangkal. Pemateri menanggapi pertanyaan ini dengan perumpamaan yang sering menjadi lelucon di kampusnya, “Sekarang itu ada intelektual ikan hias dan ada intelektual ikan hiu. Ikan hiu itu banyak dagingnya tetapi tidak pernah ke permukaan, sedangkan ikan hias menarik dilihat tapi ketika dimakan tidak ada dagingnya, dan sekarang kita lebih suka dengan ikan hias itu”. Pemateri lewat perumpamaan ini memotivasi peserta bagaimana ikan-ikan hiu ini dapat muncul ke permukaan. Di antara proses memunculkan ini yaitu dengan mengelola/manajemen ide. Antara ide dan pengemasan merupakan keterkaitan satu sama lain sehingga ide tersebut dapat disampaikan dengan baik dan mudah dicerna.
Pelatihan pada materi pertemuan kedua ini berakhir pada pukul 18.00 WIB dan akan dilanjutkan kembali pada materi pertemuan ketiga dengan tema Manajemen Bahasa oleh Kurniasih, S.S pada tanggal 22 Juli 2009.
Semoga bermanfaat.

Salamhangat,

Deni Rachman
Konsultan Program Literer

Ajak saudara atau relasi Anda untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini yang insyaAllah bermanfaat untuk memupuk dan menggembleng dasar pemikiran dan mental menulis. Bagi yang berminat mengikuti pelatihan ini, pelatihan ini masih terbuka hingga pertemuan ke-8 (26 Agustus 2009) yang diselenggarakan setiap Rabu sore di Perpustakaan Balepustaka, Jln. Jawa No. 6. Informasi pendaftaran: 022-4207232. Informasi detail acara dapat diakses di
www.dipansenja.blogspot.com.

Bagi yang berminat mengakses makalah yang telah diberikan dapat mendaftar ke:
workshopbuku@yahoogroups.com, dengan mengirimkan email ke workshopbuku-subscribe@yahoogroups.com. Makalah untuk nonpeserta baru akan dipublikasikan setelah pertemuan terakhir (26 Agustus 2009).

“Penulis adalah pemikir, dan pemikir adalah ia yang selalu gelisah melihat berbagai fenomena di sekelilingnya. Berpikir untuk selalu keluar dari bingkai mungkin bisa dibilang sebagai cara berpikir “memberontak”, melawan arus. Tapi, ingatlah, hanya ia yang berani melawan arus yang akan menemukan mata air”. Acep Iwan Saidi (penulis).


Tuliskan Apa yang Anda Pikirkan




TULISKAN APA YANG ANDA PIKIRKAN
Resume Pertemuan Pembuka dan ke-1
Pelatihan Menulis Ilmiah & Ilmiah Populer 2009
Balepustaka, Bandung, 1 Juli 2009
Pelatihan yang diperkirakan akan dihadiri sekira 30 peserta namun hingga saat detik-detik registrasi ulang, peserta kian membludak hingga hanya menyisakan 17 kursi di ruang Auditorium Balepustaka. Total peserta yang hadir 53 orang dari berbagai latar belakang profesi mulai dari mahasiswa S-1, S-2, guru, PNS, dosen, dokter, pustakawan, peneliti, editor, penulis, dan psikoterapis. Peserta mulai hadir berdasarkan anjuran panitia untuk registrasi ulang sebelum pukul 15.00 WIB sambil menikmati area bazzar dari berbagai penerbit.
Pelatihan ini didukung oleh fasilitas gedung yang memadai dan penawaran menarik dari panitia penyelenggara berupa pemberian 50 buku gratis dan kartu anggota perpustakaan gratis kepada peserta.
Pembukaan pelatihan ini langsung disambut baik dan dibuka secara resmi oleh Yulianus Ruchiyat sebagai Sekretatis Dewan Karya Pastoral. Dalam pembukaanya, Bapak Ruchiyat menjelaskan ungkapan terbuka dan menyambut baik segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Balepustaka tanpa melihat latar belakang agama. Selain itu mempromosikan Balepustaka yang bertujuan sebagai perpustakaan plural yang kegiatannya diutamakan untuk terus membuat jaringan kegiatan intelektual.
Materi pembuka dengan topik Hasrat terhadap Pengetahuan dan Penulisan Ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Dr. Bambang Sugiharto, Guru Besar Filsafat Unpar.
Menurut budayawan sekaligus kritikus seni dan sastra ini, pengetahuan sebagai sistem maupun hasrat bahkan kegilaan, kerinduan, kerakusan terhadap pengetahuan dapat berfungsi sebagai suprastruktur dasar yang memungkinkan segala hal berkembang seperti yang terjadi di negara-negara maju. Di Indonesia hasrat terhadap pengetahuan itu teramat rendah. Bahkan sebagai sistem, keilimiahan masih sekadar basa-basi.
Kultur ilmiah di universitas-universitas besar mungkin sudah mulai terbentuk, namun di universitas yang baru muncul belakangan ini masih mengutamakan sisi bisnis. Bahkan kita terkecoh oleh iklan-iklan besar dengan membangun citra yang tampaknya dahsyat dengan bermacam-macam ranking, namun ketika masuk umumnya gombal juga, tradisi ilmiahnya masih tipis.
Permasalahan utamanya berasal dari dasar pengetahuan yang belum menciptakan atmosfer intelektual dan hal ini menjadi latar mengapa budaya baca, budaya tulis menulis ilmiah masih merangkak.
Melihat kultur ilmiah di Barat, sesungguhnya kita sudah tertinggal sangat jauh, jika diambil dari abad pencerahan sudah tertinggal 400 tahun! Kultur pengetahuan cerahan yang meledak pada abad Pencerahan, sebetulnya bahkan sudah dimulai pada zaman Yunani, sekitar 2500 yang lalu. Dengan melihat kenyataan ini sudah saatnya kita bukan lagi mengejar tapi harus sudah melompat.
Pemateri mengungkapkan kelemahan-kelemahan kinerja ilmiah/intelektual di Indonesia. Dalam makalah dikemukakan 9 masalah kinerja ilmiah di Indonesia di antaranya terlalu biasa berimprovisasi (itu pun berdasarkan ‘dengar-dengar’ saja, atau ‘kata orang’) atau kecenderungan simbolisme dangkal: yang penting kesan intelektual (dengan menggunakan istilah gagah sembarangan dan pengutipan yang sembrono).
Ada enam Karakter Umum Keilmiahan diungkapkan pemateri di antaranya metodis dan sistematis serta dapat dites secara obyektif dan intersubyektif.
Tiga Sasaran Ideal Peneletian di antaranya mencari kemungkinan-kemungkinan dan terobosan baru menghayati realitas dan menangani masalah agar lebih manusiawi/ lebih rendah.
Di akhir materi, Guru Besar Filsafat Unpar ini memaparkan perlunya pengembangan hasrat pengetahuan. Pemateri meyebutkan 9 point di antaranya melihat knowing sebagai doing bukan sekadar receiving. “mengetahui” adalah soal ‘melakukan’, yaitu: membaca, menulis, berdebat, mencari, dst. Selain itu biasakan menghadapkan diri kepada konsep/pendapat yang asing, yang sekilas seperti tak masuk akal namun seperti ada benarnya. Ini akan merangsang eksplorasi kita.

Dunia Menulis dan Menulis Dunia
Dalam kesempatan pemberian materi ini, Pak Yas demikian panggilan bagi Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A, budayawan dan pakar semiotika ini sungguh sangat detail dan sistematis. Pemberian materi dikemas ke dalam makalah yang sudah diformat seperti buku dan paparan melalui media infokus dengan bagan dan gambar yang mudah dipahami peserta.
Pak Yas mementingkan kemampuan para penulis untuk dapat ‘mengatur diri’nya sendiri dalam menulis. Problem menulis berdasarkan pengalaman pemateri pada saat ia menerima mahasiswa bimbingan S-2nya. Ketika diminta untuk menyerahkan proposal penelitian ilmiah setelah tiga bulan sejak konsultasi awal, sang mahasiswa malah memberikan hasil nihil. “Sudah ada dalam pikiran saya, namun susah menuliskannya, Pak.”, demikian alasan sang mahasiswa. “Problem saya tidak bisa menuliskan kalimat pertama”. Setelah berkonsultasi Pak Yas menanyakan apa yang ada dalam piker Anda hari ini tentang penelitian Anda. Lantas, sang mahasiswa dengan lancar menjawabnya. “Nah itu! Tuliskan sebagai kalimat pertama Anda”, tegas Pak Yas. “Setelah itu tuliskan apa yang kita pikirkan”. Setelah itu, hanya dalam waktu seminggu kemudian sang mahasiswa dapat menyelesaikan proposal penelitiannya. “Meski masih kacau”, papar Pak Yas. Namun tidak menjadi masalah, karena setelah itu tugas selanjutnya adalah menata tulisan itu menjadi lebih sistematis.
Selama 1, 5 jam, pemateri memaparkan dalam bagan yang sangat mewakili peta masalah sesungguhnya, seperti bagaimana hubungannnya antara perbedaan gaya, perbedaan format, perbedaan horizon, dan perbedaan metode menulis. Bagan lain kita juga dapat memahami ada di mana saat kita menulis tulisan ilmiah, reportase, fiksi (puisi, prosa) melalui bagan hubungan antara wacana akademik, budaya literasi dan dunia literasi. Beberapa istilah yang sulit dapat dijelaskan dengan mudah dan bahasa yang sederhana.
Point-point yang disampaikan dalam makalahnya yaitu bagaimana membangun dunia literasi, pemahaman wacana akademik, pengertian menulis mirip dengan mendesain, membaca itu memproduksi ide, pengetahuan akan konsep, hubungan antara menulis dan kreativitas, menulis dan merepetisi, intertekstualitas, teori dan kritik, neologi, framing, menulis dan seduksi, bagaimana mengamankan ide supaya tidak hilang lewat Jaringan Pengaman Ide (JPI), pentingnya dunia metaphor, serta masih, self-deconstruction, dan peran potensi bahasa.
Kedua materi yang disampaikan rupanya mampu menyedot rasa keingintahun dan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang hakikat pengetahuan, menulis dan informasi literer dari para peserta. Materi ditutup tepat pada pukul 18.30 WIB.
Bagi yang berminat mengikuti pelatihan ini dan jika ingin mengakses makalah yang telah diberikan dapat mendaftar ke:
workshopbuku@yahoogroups.com, dengan mengirimkan email ke workshopbuku-subscribe@yahoogroups.com.
Pelatihan ini masih terbuka hingga pertemuan ke-8 (26 Agustus 2009) yang diselenggarakan setiap Rabu sore di Perpustakaan Balepustaka, Jln. Jawa No. 6. Informasi pendaftaran: 022-4207232.
Semoga bermanfaat.

Salamhangat,

Deni Rachman
Konsultan Program Literer