« Home | "Menemukan" Lagi Masa Kecil oleh : Kandi Sekarwula... » | Menjadi Bijak dengan Buku (Adi Toha, email: jalain... » | Novelis Qaisra ShahrazPakistan dan "Perempuan Suci... » | Pasar Buku Murah dan Berkualitas (Liputan di Piki... » | Seratus Tahun tak TerlupakanOleh : Imam Hidayah Us... » | Buku Bagus Pertama Pecahkan Cerita Misterimu ... » | Rumah BukuBuku, Lagu, Film, Semua Ada di SiniPADA ... » | ”Ngabuburit” Sambil Belajar Kisah WayangOleh : Har... » | ”The Cinderella Man”, Bangkit dari KeterpurukanOle... » | Orang Sunda tak Peroleh Perhatianoleh : agus rakas... »

Melesatkan Ide Cerita Novelmu
oleh : wiku baskoro

TERLALU banyak ide untuk sebuah cerita yang hendak dituliskan, sering kali tidak membantu kita untuk memulai menulis novel. Kita justru merasa kewalahan dan tidak dapat memilih, tokoh mana yang menjadi sentral cerita, setting mana yang akan dipilih dan ending seperti apa yang akan ada di akhir cerita, karena semuanya terasa menyenangkan. Namun, ide cerita tetaplah sebuah unsur penting dalam penciptaan sebuah novel. Berikut beberapa saran agar ide cerita bisa dipergunakan secara maksimal.
Pengumpulan ide

Banyak hal yang bisa membangkitkan ide cerita dalam pikiran kita, entah itu nyata atau khayalan. Yang perlu dilakukan adalah membuka mata, mendengarkan dan menjadi lebih peka. Pikirkanlah sebanyak mungkin ide cerita, jaringlah ide sebanyak mungkin karena memang dunia ini dipenuhi banyak inspirasi. Jangan takut jika ide cerita kita tidak orisinal, jangan pikirkan itu. Tampunglah dulu semua ide untuk novel kita. Tokoh, plot, kejadian-kejadian kecil. Semuanya.

Pengelompokan ide

Pada kondisi memerlukan banyak ide cerita, munculnya variasi ide sangatlah membantu. Namun, ketika kita dalam suasana menulis sebuah novel yang sedang berjalan 50 halaman, kemudian berbagai ide cerita menghampiri, maka kesulitan utama adalah ide cerita mana yang akan dipilih. Maka dari itu, semua ide cerita yang telah kita kumpulkan melalui pengamatan, lamunan, baca, dan menonton film, harus dikelompokkan.
Buatlah daftar semua ide itu dan kelompokkan menurut kategorinya. Untuk plot, semua ide cerita tentang plot dikelompokkan dalam satu catatan. Demikian juga dengan ide untuk tokoh, setting, percakapan, dan detail lain.

Catatan

Hal terpenting dari semua itu, tentu adalah catatan. Tanpa benda yang satu ini, terkadang ide cerita sehebat apa pun tidak akan kita ingat di kemudian hari ketika kita benar-benar memerlukannya. Maka, catatlah semua ide cerita yang telah terkelompok dalam sebuah catatan khusus, sehingga kita dapat dengan mudah mencari, membaca kembali ide-ide apa yang bisa kita gunakan dalam novel.

Membaca

Saat menghadapi writer's block atau kebuntuan menulis, kita dituntut untuk sekreatif mungkin mencari cara menghadapinya. Salah satu cara yang ampuh adalah membaca, terutama karya-karya yang kita minati. Bisa membaca ulang atau re-reading, bisa juga membaca bacaan yang belum pernah kita baca.

Banyak hal yang bisa dipelajari karya orang lain, terutama cara pandang si penulis terhadap suatu permasalahan, dan tentu saja plot, lalu gaya bahasa penulis lain juga bisa menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan kita.

Diskusi

Dua kepala lebih baik dari pada satu. Pada beberapa kondisi pernyataan ini sangatlah tepat, begitu pun dengan proses menulis. Sebuah diskusi mengenai suatu plot, tokoh bahkan setting akan membuat pandangan kita terhadap suatu ide cerita menjadi lebih kaya. Dapatkan seorang teman, atau bahkan lebih, untuk mediskusikan ide cerita dan rencana-rencana apa yang akan kita lakukan pada novel kita. Namun tetap, kendali penuh dan keputusan pilihan ide ada pada diri penulis. Jangan pernah terlalu terpengaruh pada pendapat orang lain, jadikan semua itu sebagai masukan, bukan suruhan.

Ke semua saran di atas tentu akan kembali kepada kita, sebagai kreator tokoh dan cerita. Tips-tips menulis mungkin bukan hal terpenting. Tanpa kemauan yang kuat dan daya tahan, menulis akan sangat menyiksa. Namun jika kita menikmati segala proses, termasuk juga kebuntuan dalam menulis, rasanya segala usaha nantinya tidak akan pernah sia-sia. Ok, Selamat menulis!
***
(Wiku Baskoro, penggiat Dipansenja literacy agent, www.dipansenja.blogspot.com.)