« Home | Novelis Qaisra ShahrazPakistan dan "Perempuan Suci... » | Pasar Buku Murah dan Berkualitas (Liputan di Piki... » | Seratus Tahun tak TerlupakanOleh : Imam Hidayah Us... » | Buku Bagus Pertama Pecahkan Cerita Misterimu ... » | Rumah BukuBuku, Lagu, Film, Semua Ada di SiniPADA ... » | ”Ngabuburit” Sambil Belajar Kisah WayangOleh : Har... » | ”The Cinderella Man”, Bangkit dari KeterpurukanOle... » | Orang Sunda tak Peroleh Perhatianoleh : agus rakas... » | Bandung, Kota Buku yang Terlupakan BANDUNG sebenar... » | Artikel PR 7 September 2006 »

Menjadi Bijak dengan Buku
(Adi Toha, email: jalaindra@yahoo.com)

Berbicara tentang buku-buku yang inspiratif yang bisa memberikan pemahaman hidup kepada pembacanya adalah sebuah hal yang subjektif. Semua buku bisa menjadi sebuah buku yang inspiratif tergantung sejauh mana pembaca menemukan cerminan kisah atau refleksi diri dari buku-buku yang dibacanya. Buku-buku sastra berkelas Nobel Prize atau penghargaan-penghargaan lainnya, baik dalam ataupun luar negeri, bisa menjadi sebuah buku yang inspiratif bagi kita. Tidak menutup kemungkinan, buku-buku sastra pop semacam chicklit dan teenlit, atau buku-buku self-helping pun bisa menjadi inspirasi.

Jika seseorang menanyakan kepada saya, buku-buku apa saja yang inspiratif, saya akan menjawab beberapa judul: The Alchemist karya Paulo Coelho, Solitaire Mystery karya Jostein Gaarder, Les Miserables karya Victor Hugo, Tao Of Physic karya Fritjof Capra, atau Life of Pi karya Yann Martel. Saya akan mencoba memaparkan tiga buku pertama.

The Alchemist, berkisah tentang perjalanan seorang bocah bernama Santiago dalam mewujudkan legenda pribadinya. Saya pikir, semua bookaholic pasti telah membaca buku ini. Ya, benar. Banyak sekali pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah Santiago: percaya kepada mimpi, mengikuti kata hati, peka terhadap firasat dan pertanda, keberanian untuk mengambil dan menjalani suatu pilihan dsb. Karya-karya Coelho selalu menghadirkan kisah-kisah yang inspiratif, yang bahkan bisa membuat kita tersihir saat menelusuri halaman demi halaman bukunya.

"Saat kau benar-benar menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya". Itulah petuah bijak yang mungkin menjadi kata-kata sakti bagi banyak orang, termasuk saya.

Solitaire Mystery, berkisah tentang perjalanan seorang bocah bernama Hans Thomas bersama ayahnya untuk mencari ibunya. Dalam perjalanan, sang bocah belajar banyak hal tentang dunia dan sejarah hidup dan perjalanannya. Satu hal yang saya dapat dari kisah Hans Thomas, adalah tidak ada yang namanya kebetulan. Peristiwa-peristiwa, sekecil apapun yang dialami dalam hidup kita telah dirangkai sedemikian rupa untuk menuju kepada apa yang harus kita jalani, dan kemana kita akan sampai pada suatu titik dalam kehidupan. Mungkin dalam bahasa Coelho, kebetulan-kebetulan itulah yang namanya pertanda.

Lalu, saya menemukan buku berjudul Les Miserables karya Victor Hugo. Novel ini berkisah tentang kehidupan Jean Valjean, seorang lelaki yang mengalami ketidakadilan di masa lalunya. Perjalanan waktu membuatnya bertemu dengan orang-orang yang menyadarkannya dari dendam atas masa lalunya, sekaligus ia belajar akan arti kebaikan dan kejujuran. Namun, perjalanan waktu pula yang selalu menghadapkan dirinya pada dua pilihan, antara harus berbuat baik ataukah berbuat jujur. Dari Jean Valjean saya belajar bahwa, mau tidak mau, di saat pilihan-pilihan mendatangi kita, kita harus berani untuk menentukan pilihan mana yang akan diambil dan kita harus siap menjalani konsekuensi-konsekuensi atas pilihan-pilihan tersebut.

Suatu ketika, seorang teman pernah bertanya kepada saya, "Manakah yang lebih baik, berbuat baik ataukah berbuat jujur?" Waktu itu saya hanya bisa diam, karena memang saya tidak tahu harus menjawab apa. Kebaikan dan kejujuran adalah dua hal yang berlainan yang hanya dibatasi oleh sebuah sekat tipis yang bernama perasaan. Terkadang, saat kita berbuat baik, di satu sisi kita telah berbuat tidak jujur pada diri kita maupun pada orang lain. Sebaliknya, di saat kita berbuat jujur, di satu sisi kita telah berbuat tidak baik bagi diri kita maupun orang lain.

Dengan menganggap bahwa kisah-kisah dalam sebuah buku merupakan replika dari kehidupan, akan banyak hal yang relevan untuk kita jadikan contoh dan kita jadikan inspirasi dalam perjalanan hidup kita sendiri. Menjadi bijak dengan apa yang kita dengar, apa yang kita lihat dan apa yang kita baca bukanlah sesuatu yang sulit, asalkan kita bersedia untuk membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran dan pemahaman-pemahaman yang baru.
***
(Penulis adalah pengelola Toko Buku Cahaya Media, Jatinangor)