Pilih Ikan Hias atau Ikan Hiu?
PILIH IKAN HIAS ATAU IKAN HIU?
Resume Pertemuan ke-2
Pelatihan Menulis Ilmiah & Ilmiah Populer 2009
Perpustakaan Balepustaka, Bandung, 15 Juli 2009
“Tuliskan sesuatu pada saya tentang sesuatu, jangan katakan sesuatu”, Acep Iwan Saidi (budayawan & sastrawan).
Pertemuan kedua mengalami kenaikan jumlah peserta yang semula 45 peserta bertambah menjadi 61 peserta, dengan 7 peserta yang berhalangan hadir. Pertambahan jumlah ini berasal dari peserta yang ikut pelatihan permateri dan peserta yang baru mengikuti paket. Salah seorang peserta baru bahkan mengejar waktu dari Lampung demi mengikuti pelatihan ini. Berdasarkan informasi dari panitia, pelatihan ini tetap membuka kesempatan kepada masyarakat umum yang berminat mengembangkan kepenulisan ilmiah sampai dengan total 70 orang peserta. Materi dimulai tepat pada pukul 15.30 dan selesai pukul 18.00 WIB.
Dr. Acep Iwan Saidi, M.Sn, Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB dan pengajar program pasca sarjana di FSRD ITB yang berkesempatan mengisi materi kedua ini, memberikan tema Manajemen Ide dan Kreativitas. Suatu tema yang mengundang keingintahuan peserta untuk menjawab kesulitan mendokumentasikan lintasan ide-ide agar mudah dikembangkan dalam tulisan.
Titik keberangkatan materi kedua disampaikan dengan memberikan latihan singkat dalam secarik kertas dengan topik musim hujan. Setelah itu pemateri menggulirkan pertanyaan apa bedanya topik dan tema. Salah satu peserta menanggapi pertanyaan ini. Pemateri kemudian menandaskan definisi topik sebagai pokok masalah. Sedangkan tema adalah pokok masalah yang sudah memiliki tujuan, yang di dalamnya sudah tergambar analisis dan metode.
Pemateri kemudian menggulirkan materi pelatihan menuju ide. Dari mana datangnya ide? “Dalam konteks menulis, jika suasana hati tidak mendukung, ide untuk menulis juga tidak muncul. Hal itu bisa jadi benar. Tapi, persoalannya, jika ide diberikan mood, mood itu sendiri diberikan siapa? Mood kiranya bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, mesti ada penyebab yang menstimulasinya. Jika mood bisa distimulasi, ide, yang diberikan mood itu, tentu bisa distimulasi pula. Dengan kata lain, ide sesungguhnya bisa diciptakan, atau didatangkan.”
Sumber ide itu sendiri, menurut pemateri, di antaranya lewat membaca bacaan semisal buku. Membaca itu sendiri seharusnya sudah mulai beranjak tidak hanya secara praktis namun bisa melakukan membaca dengan imajinasi dan pikiran kritis.
Dua point besar berikutnya, pemateri memaparkan bagaimana ide itu dapat didokumentasikan dan mengembangkan ide supaya keluar dari bingkai konvensional.
Pelatihan kemudian bergulir dalam sesi tanya jawab yang disediakan dalam tiga termin dengan sekira 8 penanya. Salah satu penanya yang meminta penjelasan mengenai ‘tidak semua pemikir dapat menulis’, dan banyak juga penulis yang cara berpikirnya masih dangkal. Pemateri menanggapi pertanyaan ini dengan perumpamaan yang sering menjadi lelucon di kampusnya, “Sekarang itu ada intelektual ikan hias dan ada intelektual ikan hiu. Ikan hiu itu banyak dagingnya tetapi tidak pernah ke permukaan, sedangkan ikan hias menarik dilihat tapi ketika dimakan tidak ada dagingnya, dan sekarang kita lebih suka dengan ikan hias itu”. Pemateri lewat perumpamaan ini memotivasi peserta bagaimana ikan-ikan hiu ini dapat muncul ke permukaan. Di antara proses memunculkan ini yaitu dengan mengelola/manajemen ide. Antara ide dan pengemasan merupakan keterkaitan satu sama lain sehingga ide tersebut dapat disampaikan dengan baik dan mudah dicerna.
Pelatihan pada materi pertemuan kedua ini berakhir pada pukul 18.00 WIB dan akan dilanjutkan kembali pada materi pertemuan ketiga dengan tema Manajemen Bahasa oleh Kurniasih, S.S pada tanggal 22 Juli 2009.
Semoga bermanfaat.
Salamhangat,
Deni Rachman
Konsultan Program Literer
Ajak saudara atau relasi Anda untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini yang insyaAllah bermanfaat untuk memupuk dan menggembleng dasar pemikiran dan mental menulis. Bagi yang berminat mengikuti pelatihan ini, pelatihan ini masih terbuka hingga pertemuan ke-8 (26 Agustus 2009) yang diselenggarakan setiap Rabu sore di Perpustakaan Balepustaka, Jln. Jawa No. 6. Informasi pendaftaran: 022-4207232. Informasi detail acara dapat diakses di www.dipansenja.blogspot.com.
Bagi yang berminat mengakses makalah yang telah diberikan dapat mendaftar ke: workshopbuku@yahoogroups.com, dengan mengirimkan email ke workshopbuku-subscribe@yahoogroups.com. Makalah untuk nonpeserta baru akan dipublikasikan setelah pertemuan terakhir (26 Agustus 2009).
“Penulis adalah pemikir, dan pemikir adalah ia yang selalu gelisah melihat berbagai fenomena di sekelilingnya. Berpikir untuk selalu keluar dari bingkai mungkin bisa dibilang sebagai cara berpikir “memberontak”, melawan arus. Tapi, ingatlah, hanya ia yang berani melawan arus yang akan menemukan mata air”. Acep Iwan Saidi (penulis).
Resume Pertemuan ke-2
Pelatihan Menulis Ilmiah & Ilmiah Populer 2009
Perpustakaan Balepustaka, Bandung, 15 Juli 2009
“Tuliskan sesuatu pada saya tentang sesuatu, jangan katakan sesuatu”, Acep Iwan Saidi (budayawan & sastrawan).
Pertemuan kedua mengalami kenaikan jumlah peserta yang semula 45 peserta bertambah menjadi 61 peserta, dengan 7 peserta yang berhalangan hadir. Pertambahan jumlah ini berasal dari peserta yang ikut pelatihan permateri dan peserta yang baru mengikuti paket. Salah seorang peserta baru bahkan mengejar waktu dari Lampung demi mengikuti pelatihan ini. Berdasarkan informasi dari panitia, pelatihan ini tetap membuka kesempatan kepada masyarakat umum yang berminat mengembangkan kepenulisan ilmiah sampai dengan total 70 orang peserta. Materi dimulai tepat pada pukul 15.30 dan selesai pukul 18.00 WIB.
Dr. Acep Iwan Saidi, M.Sn, Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB dan pengajar program pasca sarjana di FSRD ITB yang berkesempatan mengisi materi kedua ini, memberikan tema Manajemen Ide dan Kreativitas. Suatu tema yang mengundang keingintahuan peserta untuk menjawab kesulitan mendokumentasikan lintasan ide-ide agar mudah dikembangkan dalam tulisan.
Titik keberangkatan materi kedua disampaikan dengan memberikan latihan singkat dalam secarik kertas dengan topik musim hujan. Setelah itu pemateri menggulirkan pertanyaan apa bedanya topik dan tema. Salah satu peserta menanggapi pertanyaan ini. Pemateri kemudian menandaskan definisi topik sebagai pokok masalah. Sedangkan tema adalah pokok masalah yang sudah memiliki tujuan, yang di dalamnya sudah tergambar analisis dan metode.
Pemateri kemudian menggulirkan materi pelatihan menuju ide. Dari mana datangnya ide? “Dalam konteks menulis, jika suasana hati tidak mendukung, ide untuk menulis juga tidak muncul. Hal itu bisa jadi benar. Tapi, persoalannya, jika ide diberikan mood, mood itu sendiri diberikan siapa? Mood kiranya bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, mesti ada penyebab yang menstimulasinya. Jika mood bisa distimulasi, ide, yang diberikan mood itu, tentu bisa distimulasi pula. Dengan kata lain, ide sesungguhnya bisa diciptakan, atau didatangkan.”
Sumber ide itu sendiri, menurut pemateri, di antaranya lewat membaca bacaan semisal buku. Membaca itu sendiri seharusnya sudah mulai beranjak tidak hanya secara praktis namun bisa melakukan membaca dengan imajinasi dan pikiran kritis.
Dua point besar berikutnya, pemateri memaparkan bagaimana ide itu dapat didokumentasikan dan mengembangkan ide supaya keluar dari bingkai konvensional.
Pelatihan kemudian bergulir dalam sesi tanya jawab yang disediakan dalam tiga termin dengan sekira 8 penanya. Salah satu penanya yang meminta penjelasan mengenai ‘tidak semua pemikir dapat menulis’, dan banyak juga penulis yang cara berpikirnya masih dangkal. Pemateri menanggapi pertanyaan ini dengan perumpamaan yang sering menjadi lelucon di kampusnya, “Sekarang itu ada intelektual ikan hias dan ada intelektual ikan hiu. Ikan hiu itu banyak dagingnya tetapi tidak pernah ke permukaan, sedangkan ikan hias menarik dilihat tapi ketika dimakan tidak ada dagingnya, dan sekarang kita lebih suka dengan ikan hias itu”. Pemateri lewat perumpamaan ini memotivasi peserta bagaimana ikan-ikan hiu ini dapat muncul ke permukaan. Di antara proses memunculkan ini yaitu dengan mengelola/manajemen ide. Antara ide dan pengemasan merupakan keterkaitan satu sama lain sehingga ide tersebut dapat disampaikan dengan baik dan mudah dicerna.
Pelatihan pada materi pertemuan kedua ini berakhir pada pukul 18.00 WIB dan akan dilanjutkan kembali pada materi pertemuan ketiga dengan tema Manajemen Bahasa oleh Kurniasih, S.S pada tanggal 22 Juli 2009.
Semoga bermanfaat.
Salamhangat,
Deni Rachman
Konsultan Program Literer
Ajak saudara atau relasi Anda untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini yang insyaAllah bermanfaat untuk memupuk dan menggembleng dasar pemikiran dan mental menulis. Bagi yang berminat mengikuti pelatihan ini, pelatihan ini masih terbuka hingga pertemuan ke-8 (26 Agustus 2009) yang diselenggarakan setiap Rabu sore di Perpustakaan Balepustaka, Jln. Jawa No. 6. Informasi pendaftaran: 022-4207232. Informasi detail acara dapat diakses di www.dipansenja.blogspot.com.
Bagi yang berminat mengakses makalah yang telah diberikan dapat mendaftar ke: workshopbuku@yahoogroups.com, dengan mengirimkan email ke workshopbuku-subscribe@yahoogroups.com. Makalah untuk nonpeserta baru akan dipublikasikan setelah pertemuan terakhir (26 Agustus 2009).
“Penulis adalah pemikir, dan pemikir adalah ia yang selalu gelisah melihat berbagai fenomena di sekelilingnya. Berpikir untuk selalu keluar dari bingkai mungkin bisa dibilang sebagai cara berpikir “memberontak”, melawan arus. Tapi, ingatlah, hanya ia yang berani melawan arus yang akan menemukan mata air”. Acep Iwan Saidi (penulis).